Sekarang, saat makan maka temannya adalah layar digital. Entah itu layar dari ponsel pintar, jam pintar, dan tablet. Saat sedang buang air besar di kamar mandi maka temannya juga layar digital. Saat sendirian untuk menunggu sesuatu atau menghabiskan waktu maka temannya juga layar digital.
Saya mengalami semua hal di atas dan melihat layar digital itu cukup menyenangkan untuk menjadi teman melamun. Tetapi, saya pikir mengandalkan layar digital sebagai teman melamun bukanlah tindakan yang tepat. Alasannya ada dua yaitu posisi kita cenderung menunduk saat melihat layar digital dan radiasi yang dihasilkan dari layar digital tidak bagus untuk tubuh kita. Saya mencoba menggantinya dengan buku bacaan atau mendengarkan siniar (podcast) atau lagu sebagai teman melamun. Hasilnya baik khususnya saya tidak terpapar radiasi dari layar digital.
Bagaimana bila saat itu saya tidak membawa layar digital dan buku bacaan? Lalu, bagaimana bila saat itu saya tidak bisa mendengarkan siniar (podcast) atau lagu? Apa atau siapa yang bisa dijadikan sebagai teman melamun? Jawabannya adalah diri sendiri dan alam di sekitar saya. Saat saya membuat tulisan ini, saya melihat jendela dengan pemandangan pohon delima dan tempat sembahyang. Saya juga mendengar suara burung gereja saat menulis tulisan ini.
Menikmati momen saat ini adalah kunci untuk fokus dan bisa menjauhkan diri sendiri dari distraksi yang tidak diinginkan.