Bapak lahir tanggal 5 Juli 1964 dan meninggal tanggal 26 Februari 2021. Ia meninggal karena ada penyakit yang disembunyikannya. Dari cerita keluarga bapak, ayah dari bapak (kakek) memiliki riwayat diabetes dan kemungkinan besar juga menurun ke bapak bahkan kemungkinan juga menurun ke kami. Postur bapak kami gemuk dan jarang berolahraga. Kesibukan bapak semasa hidup adalah bekerja sebagai pegawai hotel dan berorganisasi di serikat pekerja.
Sebelum saya menceritakan sikap apa saja yang mesti saya teladani dari bapak, saya akan menceritakan keburukan apa yang bapak lakukan dan hal-hal buruk ini tidak boleh saya lakukan:
Bapak tidak menyediakan warisan materiil yang cukup. Sehingga saya dan adik saya menjadi generasi sandwich.
Bapak tidak terbuka mengenai keuangan keluarga kepada mama, saya, dan kedua adik saya. Semua rekening bank yang bapak miliki tidak memiliki saldo yang berarti bagi kami. Saya benar-benar kecewa dengan sikap yang dilakukan oleh bapak.
Di masa awal kami masih kecil, bapak lebih banyak menyibukkan diri ke organisasi. Padahal masa kecil itu adalah masa emas dan kami butuh tuntunan dari bapak.
Secara tidak sadar, bapak melakukan tindakan overprotektif kepada saya dan kedua adik saya. Akibatnya kami tidak sebebas tetangga atau teman sekitar.
Bapak tidak ikut menjaga isi rumah dengan baik. Sehingga, setiap kali saya pulang ke rumah setelah sekolah atau bekerja, hawa dalam rumah terasa sesak dan panas karena barang-barang yang dimiliki bapak berserakan.
Apa hikmah dari keburukan ini:
Saya bersyukur memperoleh pengalaman menjadi generasi sandwich. Saya jadi belajar bagaimana mengatur uang dengan penghasilan yang minim dalam rumah tangga walaupun saya belum menikah. Biasanya menghabiskan penghasilan saya untuk ditabung dan membeli gawai baru seperti laptop dan handphone serta membayar internet. Sekarang, saya harus membagi uang tersebut untuk membayar listrik, air, dan internet serta menyediakan uang dapur. Lantas, apakah saya akan memperlakukan anak-anak saya nanti sebagai generasi sandwich? Tidak. Tetapi, saya akan menceritakan kisah saya kepada anak-anak saya mengenai pengalaman saya menjadi generasi sandwich. Tujuannya adalah agar mereka belajar dan tidak mengulangi kesalahan serupa. :)
Saya harus terbuka mengenai keuangan saya kepada orang-orang terdekat saya seperti saudara kandung dan calon istri saya nanti. Keterbukaan mengenai keuangan adalah salah satu hal krusial yang perlu diperhatikan semasa menikah dan berumah tangga.
Jika saya menyibukkan diri ke dalam organisasi atau komunitas, saya ingin melakukannya setelah proses tumbuh kembang anak-anak saya matang.
Saya akan protektif kepada anak-anak saya tetapi tetap memberikan kebebasan yang masih saya anggap wajar dan tidak merugikan saya dan calon istri serta mereka sendiri.
Saya harus menjaga dan menata isi rumah dengan baik karena rumah adalah tempat tinggal. Rumah tidak bisa bergerak sendiri untuk merawat dirinya sendiri.
Setelah menceritakan sikap-sikap buruk bapak, saya akan menceritakan sikap-sikap baik apa yang harus saya teladani dari bapak.
Bapak membeli rumah ini dengan jerih payahnya sendiri. Beliau mencicil rumah ini menggunakan BTN di tahun 90an. Beliau membeli rumah ini akibat dari pesan opang bahwa kamu harus membuktikan kepada kedua orangtuamu bahwa kamu bisa membeli rumah dengan jerih payahmu sendiri. Beliau berhasil mencapai itu dan saya sebagai anak sangat bangga dengan beliau. Saya dan kedua adik saya harus bisa melakukannya minimal dengan menjaga rumah bapak.
Bapak tidak meninggalkan hutang materil setelah meninggal. Itu adalah hal yang benar-benar saya syukuri. Saya sering membaca cerita bahwa banyak orangtuanya meninggal dan meninggalkan hutang materil kepada anak-anaknya. Saya sangat bersyukur sekali bahwa bapak dan ibu saya tidak meninggalkan hutang materil kepada kami.
Bapak mengajarkan saya betapa kerasnya hidup. Beliau selalu mengeluarkan kata “hidup di kolong jembatan” ketika saya berkata atau bersikap seperti orang mewah. Saya masih ingat seperti apa mimik dan ekspresi bapak ketika mengeluarkan kata “hidup di kolong jembatan”. Sangat menyakitkan dan tidak nyaman.
Bapak sangat total mengerjakan pekerjaan entah itu pekerjaan sebagai pegawai hotel atau anggota organisasi. Ingat total BUKAN loyal! Bahkan sangking inginnya pekerjaan itu terlihat rapi dan sempurna, bapak cenderung menjadi pribadi yang “ONE MAN SHOW”. Saya tidak mau menjadi pribadi “ONE MAN SHOW” karena setiap orang ada porsinya masing-masing dan mereka harus diberikan tanggung jawab.
Terlepas dari situasi buruk dan kacaunya keluarga kami, bapak berhasil mempertahankan rumah tangga ini sampai akhir hayatnya. Tidak ada perceraian. Satu-satunya orang yang ia cintai adalah istrinya yaitu mama terlepas dari semua hal yang terjadi.
Saya bangga menjadi anak dari bapak. Saya pikir kedua adik saya juga demikian. Saya ingin meniru sikap-sikap bapak yang patut diteladani dan menghindari semua keburukan yang telah bapak lakukan di masa lalu. Ya, saya bangga menjadi anak dari bapak.